
Ranti tidak mengerti, apa sesungguhnya yang dilihat Bayu pada dirinya. Sebagai seorang perempuan, ia merasa sudah terlalu tua untuk Bayu. Usianya menjelang tiga puluh lima tahun, perawan, wajah pas-pasan. Satu-satunya yang bisa ia banggakan hanyalah otaknya yang lumayan encer, yang membuatnya menduduki posisi sebagai sekretaris eksekutif Bapak Aksan Wibowo, direktur di perusahaan tempatnya bekerja. Orang kepercayaan Boss, bahkan melebihi Nyonya Aksan. Sebab ia memegang pembukuan pribadi, sekaligus PIN tiga ATM milik Pak Aksan.
Bayu ini juga seorang asisten kepercayaan dari Boss perusahaan vendor yang sedang ikut tender di perusahaan Ranti. Sebetulnya ia tidak secara langsung bersentuhan dengan Ranti, melainkan dengan purchasing manager. Tetapi setiap kali datang ke kantor, selalu Ranti yang dicarinya. Entah sekedar menyapa atau menanyakan sesuatu. Dari sekedar urusan pekerjaan sampai akhirnya bertukar nomor telepon kemudian makan siang bersama.
Malam ini, mereka akan berkencan untuk pertama kalinya. Sebuah makan malam mewah di Ritz Carlton. Bukan pertama kali Ranti makan di hotel mewah tersebut, sebab seringkali mendampingi Pak Aksan lunch meeting atau sekedar brunch bersama kolega. Namun kali ini tentu saja istimewa, sebab ia akan makan bersama Bayu. Ia mengenakan gaun silver berpotongan sederhana namun elegan, untuk menyembunyikan lemak di sana sini. Riasan sedikit berwarna dan rambut ditata dengan sasakan rendah.
“Kamu cantik sekali, Nak,” ujar Mama terharu, akhirnya anak gadisnya akan berkencan dengan seorang pria.
“Mama yakin, rambutku nggak berlebihan?” tanya Ranti gugup.
“Nggak, Sayang. Kamu cantik banget. Nah, berangkatlah, jangan sampai dia menunggumu terlalu lama.”
Kenyataannya, dia yang menunggu terlalu lama sebab Bayu datang setengah jam dari waktu kencan mereka. Namun wajah tampan pria muda itu dengan senyum kekanakannya membuat Ranti meleleh
“Maaf, aku terlambat.” Bayu mengeluarkan sebuah bungkusan kecil dari saku jasnya.
Ranti terkejut. “Apa ini, Bayu? Kau … kenapa repot-repot?”
“Sst, bukalah.” Gemetar Ranti membuka bingkisan itu. Sebuah kotak hitam persegi panjang dari beludru membuat Ranti berdebar. Jantungnya semakin kencang berdetak ketika membukanya. Sebentuk gelang dari emas putih dengan taburan berlian bersinar-sinar di hadapannya. Bayu meraih gelang itu lalu memakaikannya di pergelangan tangan Ranti.
“Untuk apa ini, Bay?”
“I love you,” bisik Bayu tanpa menjawab pertanyaan Ranti. Perempuan itu terbelalak lalu menunduk tersipu.
Makan malam itu begitu istimewa. Banyak hal mereka percakapkan, mulai dari keluarga hingga pekerjaan. Bayu pandai sekali membuatnya tertawa lalu bersedih sekaligus dengan kisah hidupnya yang dramatis.
Sejak itu, hidup Ranti serasa berbunga-bunga. Pak Aksan sampai terheran-heran melihat perubahan pada diri sekretarisnya yang biasanya kaku dan profesional.
“Ranti, ini ada beberapa berkas dari purchasing soal tender cabang Bandung. Menurutmu, mana yang pantas kupilih?”
Ranti menatap berkas bernilai milyaran itu. Salah satunya dari perusahaan Bayu. Sudah biasa Pak Aksan memintanya menentukan sebuah pilihan. Ada beberapa kekurangan di perusahaan Bayu, tapi jika ia tak memilihnya bagaimana dengan hubungan percintaan mereka?
“Jangan kau campur adukkan urusan pribadi kita dengan pekerjaan, Ranti. Aku tulus mencintaimu.” Pernah Bayu berkata demikian ketika waktu penentuan vendor semakin dekat. Mengingat perkataan Bayu, justru membuat Ranti mantap untuk memilihnya.
Pada akhirnya, perusahaan mereka menandatangani kesepakatan kerja bersama. Dan sejak saat itu, Bayu menghilang bagai ditelan bumi.
-o0o-
Words: 500
Yuukk ikutan Quiz MFF …
Save
Save
Save
Save